Sindikasi sport.okezone.com

sumber :-

Sindikasi sport.okezone.com


Pesona & Aroma Mistis Istana "Matahari Timur"

Posted: 17 Sep 2012 09:02 AM PDT

SIAK - Istana Asserayah Hasyimiyah Siak atau biasa disebut Istana Siak, merupakan salah satu ikon terkemuka Bumi Lancang Kuning, Riau. Siapapun Anda tengah berada di Riau dalam rangka PON XVIII, sepertinya takkan lengkap jika tak menyambangi pesona pusat Kesultanan terbesar di Riau itu.

Untuk mencapai Istana Siak dari Pekanbaru, rekomendasi terbaik adalah lewat jalur air, yakni menelusuri Sungai Siak dengan speed boat yang ada di pelabuhan kecil Sungai Duku. Dengan tiket berlabel Rp67 ribu, Anda bisa mencapai Siak hanya dalam waktu tempuh dua jam ketimbang jalur darat yang bisa memakan waktu tiga hingga empat jam.

Jika sudah sampai di dermaga Siak, anda bisa sampai ke Istana berasitektur Eropa-Turki itu dengan berjalan kaki selama 10-15 menit atau sewa jasa becak motor atau ojek yang biasanya berkisar antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Jika sudah sampai, maka keasrian taman di depan Istana Siak siap menyapa dengan keheningan yang sejuk.

Dengan kembali membayar karcis seharga Rp3 ribu per-karcis, anda bisa melenggang masuk ke dalam Istana nan indah itu. Eittss..., tapi tunggu dulu apabila ingin masuk ke ruang dalam Istana. Pasalnya anda akan diminta melepas alas kaki terlebih dulu. Selain karena memang sudah kebiasaan sejak dulu, tentunya untuk menjaga kebersihan Istana.

Masih dengan kawan yang juga warga pekanbaru, Djaka Anugerah Soeherman, Okezone banyak menerima penjelasan dengan cuma-cuma tentang pesona dan aroma mistis di Istana ini. Di lantai dasar, banyak terdapat foto-foto dan peninggalan Kerajaan Siak Sri Inderapura sejak zaman keemasannya.

Begitu juga dengan barang-barang yang masih asli pernah digunakan Sultan Siak generasi pertama, baik itu furniture kuno hingga pakaian-pakaian relik yang pernah dipakai dedengkot Istana yang berjuluk Istana Matahari Timur itu.

Mengenai silsilah kerajaan Siak sendiri, Sultan terakhir yang memimpin Siak, almarhum Sultan Syarif Kasim II. Memang keturunannya tak berhenti sampai di situ, tapi sekarang tak ada lagi yang menggantikan Syarif Kasim II sejak tahun 1946 lalu. Sultan yang bernama lahir Assayidis Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin itu menyerahkan Kesultanan Siak kepada Republik Indonesia.

"Setelah Indonesia merdeka, Siak sepenuhnya berada di bawah naungan Indonesia. Ada juga kan fotonya di sini yang mengatakan, Sultan Syarif Kasim II menyumbangkan kekayaannya, 13 juta gulden untuk perjuangan Indonesia," ujar Djaka kepada Okezone.

"Kalau keturunan terakhirnya masih hidup, Tengku Long Putih, tapi dia sekarang di Singapura," lanjutnya.

Tak hanya koleksi Kesultanan yang berbau lokal, tapi ada juga beberapa barang Eropa milik Sultan-sultan terdahulu, yang masih anggun terawat. Contohnya beberapa gramofon kuno, salah satunya bermerk 'Komet', salah satu merk gramofon terkemuka di Eropa. Gramofon ini didatangkan Sultan Siak XI di tahun 1896.

"Tapi gramofon yang ini juga agak mistis, kalau Istana sudah tutup dan sudah malam, bisa 'nyala' (berbunyi) sendiri lho," lanjut Djaka lagi.

Di lantai atas, terdapat sejumlah ruangan yang juga berisi peninggalan-peninggalan relik yang masih tersimpan dengan baik. Tapi jika ingin ke lantai atas, penjaga Istana harus memastikan bahwa hanya ada 25 orang di lantai atas. Jika sudah 25 orang yang naik tangga, belum boleh lagi pengunjung ikut naik ke atas. Pembatasan ini dilakukan demi menjaga keutuhan Istana yang kini mulai rapuh. (acf)

Hentak Papua, Sumut Pijak Final

Posted: 17 Sep 2012 08:39 AM PDT

PEKANBARU - Tim Sumatera Utara (Sumut) sukses membalikkan prediksi publik di semifinal cabang sepakbola, petang tadi, kontra tim Papua. Sumut pun melaju ke final yang digelar lusa, (19/9/2012), dengan bekal kemenangan 2-0 atas Papua di Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru.

Bagaimana tidak, Sumut yang sedianya melaju ke semifinal hanya berstatuskan juara grup E di babak enam besar lalu, mampu menghentak Papua yang sudah menjadi unggulan sejak babak penyisihan.

Gol pertama negeri Melayu-Deli itu terjadi di babak pertama, tepatnya pada menit ke-37 berkat aksi spekulatif Aidun Sastra Utami. Lesatan hasil sepakannya mampu merobek gawang Papua yang dikawal Mario Reeyan, sekaligus mengubah papan skor menjadi 1-0 yang bertahan hingga turun minum.

Papua bukannya tanpa usaha, tapi sejumlah upaya mampu dikandaskan pertahanan rapat Sumut dan bahkan Papua kembali tertimpa petaka di medio interval kedua. Tepatnya pada menit ke-74, giliran Muhammad Irfan yang lagi-lagi melakukan sepakan coba-coba dari luar kotak penalti dan berhasil. Skor 2-0 pun abadi hingga wasit meniup peluit tanda laga semifinal rampung digelar.

Bermodalkan hasil ini, tentunya hadirnya Sumut di final merupakan kejutan tersendiri. Sumut masih akan menanti lawannya di final antara tim Jawa Tengah dan Kalimantan Timur. (acf)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 ulasan:

Catat Ulasan