KOMPAS.com - Olahraga

sumber :-

KOMPAS.com - Olahraga


Utang yang Harus Terus Dibayar

Posted: 21 Jul 2012 04:18 PM PDT

Olimpiade 1976

Utang yang Harus Terus Dibayar

Sabtu, 21 Juli 2012 | 23:18 WIB

Getty Images/Hulton Archive

Pesenam Romania, Nadia Comaneci, tampil di nomor balok keseimbangan pada Olimpiade Montreal 1976. Comaneci meraih tujuh nilai sempurna (10) dan tiga medali emas.

TERKAIT:

KOMPAS.com - Olimpiade Montreal 1976 melahirkan megabintang olahraga dunia. Namun, dari segi persiapan, inilah olimpiade yang penuh konflik dan diduga bakal tak rampung.

Dari arena, di Montreal-lah dunia terpukau dengan seorang dara Romania, Nadia Comaneci, pesenam 14 tahun yang dijuluki si "perfect 10". Dialah pesenam pertama yang meraih angka sempurna 10 dan tujuh kali dia meraihnya. Tak cuma Comaneci, kompetitornya dari Uni Soviet, Nelli Kim, juga dua kali diganjar angka sempurna.

Berbeda dari penampilan atlet, Montreal 1976 ditandai dengan persiapan yang riuh. Para pekerja konstruksi pembangunan sejumlah arena berulang kali berunjuk rasa dan melakukan aksi mogok.

Pokok persoalan utama adalah soal hak dan upah pekerja. Akhir Januari 1976, kurang dari enam bulan menjelang perhelatan, Menteri Negara Bagian Quebec Victor Goldbloom sampai mengisyaratkan olimpiade bakal menggunakan stadion utama yang tidak selesai.

Quebec sudah berjaga-jaga. Dalam skenarionya, segala fasilitas dan bagian penting stadion akan dituntaskan, tetapi kursi tribune akan berupa kursi darurat. Syukur, skenario buruk itu tak terlaksana.

Pada 7 Juli 1976 atau 10 hari sebelum pembukaan, stadion olimpiade yang jadi tempat pembukaan rampung. Namun, menara kaldron yang ada dalam desain tak ada.

Sepekan sebelum pembukaan, panitia olimpiade juga diserang ancaman awak televisi. Mereka mengancam memboikot siaran olimpiade jika upah tak dinaikkan.

Inflasi juga membuat penyelenggara rugi habis-habisan. Penyelenggaraan yang semula diperkirakan memakan dana 124 juta dollar AS membengkak jadi sekitar 1 miliar dollar AS. Tak heran, dalam The Sports Book ditulis, hingga 2011, kota Montreal masih harus membayar utang Olimpiade 1976. (YNS)

Editor :

Aloysius Gonsaga Angi Ebo

Hanya kalau Olahraga Dihargai seperti Puskesmas

Posted: 21 Jul 2012 04:14 PM PDT

Olimpiade 1976

Hanya kalau Olahraga Dihargai seperti Puskesmas

Sabtu, 21 Juli 2012 | 23:14 WIB

THE TREASURES OF OLYMPIC GAMES

Obor Olimpiade 1976

TERKAIT:

KOMPAS.com - Indonesia baru bisa berbicara dalam bidang olahraga kalau pemerintah dan masyarakat menganggap olahraga itu penting. Sama penting dengan penghargaan terhadap puskesmas, misalnya.

Begitu judul dan kepala berita Kompas di halaman 10 tertanggal 7 Agustus 1976. Berita itu diturunkan beberapa hari setelah kontingen Indonesia pulang dari Olimpiade Montreal.

Yang berbicara soal olahraga dan puskesmas itu adalah Suprayogi, Ketua Bidang Luar Negeri KONI Pusat ketika itu. Suprayogi yang jenderal angkatan '45 memang ikut mendampingi tim yang terdiri atas tujuh atlet di Montreal.

Di Montreal, Suprayogi yang sibuk tanya kiri tanya kanan sangat terkesan dengan penampilan atlet-atlet kelas dunia. Dari 10 besar, tujuh di antaranya adalah negara sosialis, tiga dari negara liberal.

Kedua kubu itu juga punya sistem pembinaan olahraga yang berbeda. Negara liberal, kata Suprayogi, pembinaan olahraganya didukung oleh sponsor perusahaan-perusahaan. Adapun negara sosialis, pembinaan olahraga didukung oleh pemerintah. "Sekarang tinggal kita mau pilih sistem yang mana," tutur Suprayogi.

Pada tahun 1976 itu pula dia menyinggung soal pentingnya sistem pembinaan memiliki pendekatan ilmiah. Juga dia berapi-api mengemukakan keyakinan akan pentingnya psikologi olahraga.

Dalam wawancara itu, Suprayogi menyinggung pula perihal pemassalan olahraga. "Pemassalan olahraga mulai dari taman kanak-kanak adalah mutlak. Karena dari mereka inilah kita harapkan, 10 tahun sampai 15 tahun nanti akan muncul olahragawan-olahragawan berprestasi dunia," katanya.

Kini 36 tahun telah berlalu. Faktanya, dukungan pemerintah terhadap olahraga tentu ada dan besar. Semisal, gelontoran dana pemberangkatan kontingen Olimpiade 2012 sebesar Rp 26,6 miliar meski dicairkan lima hari sebelum berangkat dan peralatan tanding atlet panahan belum di tangan.

Dukungan swasta tentu ada. Namun, apakah semua saling menunjang dalam strategi pembinaan yang jelas, itu yang harus dikaji lebih jauh oleh para ahli. (YNS)

Editor :

Aloysius Gonsaga Angi Ebo

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 ulasan:

Catat Ulasan