Inasoc dan Kemenpora Teken 3 MoU Posted: 21 Sep 2011 02:43 AM PDT JAKARTA – Inasoc dan Kemenegpora menandatangani tiga nota kesepahaman (MoU) persiapan dana untuk even SEA Games 2011 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang November mendatang. MoU tersebut berisi tentang kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis untuk dilaksanakan menunjang persiapan SEA Games. Tiga MoU itu masing-masing untuk dana APBN 2011 ke Inasoc DKI, yang kedua APBN-Perubahan 2011 untuk DKI Jakarta, dan yang ketiga APBN-Perubahan untuk Palembang. "Untuk APBNP, itu ditujukan untuk dukungan akomodasi katering, konsumsi dan keamanan," kata Asisten Deputi Sentra Keolahragaan Kemenpora Raden Isnanta, usai penandatanganan MoU, di Kantor Kemenegpora, Jakarta, Rabu (21/9/2011). Untuk Sumsel, ada beberapa poin yang belum bisa dilaksanakan sesuai ketentuan MoU yang ada. Dari sisi teknis sekarang yang diperlukan adalah tenaga-tenaga yang disiapkan untuk Palembang dan Jakarta. MoU untuk penyaluran dana APBN bagi DKI sejumlah Rp66 miliar lebih, MoU APBNP untuk Palembang Rp79 miliar lebih dan untuk DKI Rp91 miliar. "Ini adalah MoU jadi nanti masih harus disertai dengan verifikasi. Harapannya dalam pekan ini sudah diselesaikan.Jadi harapannya hari Senin baru bisa dilihat di rekening (cair)," ujar Sekretaris Kemenegpora, Djoko Pekik. Sekjen KOI Timbul Thomas Lubis berharap pelaksanaan MoU ini dapat memuluskan langkah panitia menyiapkan pesta olahraga Asia Tenggara itu sebaik mungkin, sehingga pelaksanaannya bisa sesuai jadwal. "Mudah-mudahan semua dapat berjalan baik sehingga 11 November 2011 SEA Games bisa berjalan," katanya. (fit) |
Kapan Bulu Tangkis Kembali Jaya? Posted: 21 Sep 2011 02:33 AM PDT TOKYO – Perhatian para penikmat Bulu Tangkis tanah air saat ini, tersedot pada ajang Jepang Super Series. Hasil yang didapat para pebulutangkis negeri kita, sudah beragam di babak-babak awal. Ya, lihat saja bagaimana, sang idola bulu tangkis Taufik Hidayat tersungkur di babak awal oleh pemain Taiwan. Satu lagi, unggulan di nomor tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro juga harus pulang lebih awal, karena tumbang dari pemain tuan rumah. Kekalahan dua pemain senior tersebut, mengikis harapan kita satu persatu, meski masih ada beberapa pejuang nasional yang masih bertahan. Tapi akankah kali ini, setidaknya salah satu dari mereka akan mencapai gelar? Segalanya masih tanda tanya. Seakan, prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini masih berada di bawah bayang-bayang Cina. Tidak bermaksud untuk menyinggung satu entitas suku bangsa di negeri ini, namun penulis sendiri, cukup bosan mendengar pemain-pemain Cina yang kerap mendominasi tangga juara di turnamen-turnamen yang ada tahun ini. Seperti tak ada lagi yang mampu memutus kedigdayaan pemain-pemain dari Negeri Tirai Bambu itu. Sebagai salah satu penikmat bulu tangkis, penulis juga 'kangen' melihat Indonesia kembali meraih gelar. Di nomor apapun, gelar akan selalu menjadi harapan para penikmat bulu tangkis nasional, yang sudah lama tak dipersembahkan gelar juara tahun ini. Sejumlah turnamen kerap diikuti, namun lagi-lagi kita harus kecewa, karena pendaki podium pertama, selalu bukan berbendera dwi warna, merah-putih. Mulai dari Malaysia Grand Prix, Sudirman Cup, sampai China Masters. Sampai bulan ke-9 di tahun ini, baru hanya Tommy Sugiarto, yang mampu membuat panitia turnamen, harus mengumandangkan 'Indonesia Raya' di akhir turnamen. Tepatnya di Taiwan Grand Prix, beberapa waktu lalu. Bagi penulis, mengikuti atau menonton bulu tangkis melalui media jaringan maya maupun TV, tak pelak layaknya menyaksikan timnas sepakbola Indonesia; memulai menyaksikan dengan penuh harapan, mulai kehilangan setengah asa di pertengahan pertandingan, kemudian hanya menyisakan cacian di saat laga berakhir. Sejatinya, publik tak ingin sampai ada cemoohan yang terlontar untuk bulu tangkis nasional, karena hanya lewat permainan itulah, Indonesia kerap mempertahankan tradisi emas di SEA Games, Asian Games, bahkan sampai level Olimpiade. Kini, masih ada sejumlah pendekar raket yang masih bertahan di Jepang Super Series. Tapi dengan banyaknya Negara yang mulai maju di bidang bulu tangkis, negeri kita seperti mulai tenggelam karena bagai jalan di tempat. Publik selalu ingin kaya gelar, selalu ingin mendengar lagu kebangsaan kita berkumandang di tiap turnamen. Bukan bermaksud pesimis kepada mereka yang tengah berjuang, namun jika terlalu optimis, belum tentu hasilnya akan lebih menyenangkan bagi publik, terlebih saat masyarakat kembali kecewa dengan capaian mereka, seraya bertanya-tanya, sampai kapankah bulu tangkis kita kembali berjaya? (raw) |
0 ulasan:
Catat Ulasan