ANTARA - Olahraga

sumber :-

ANTARA - Olahraga


Atlet Palestina ini bertekad rebut emas Paralimpiade

Posted: 26 Aug 2012 09:30 AM PDT

Khamis Zaqout (Reuters)

Gaza, Palestina (ANTARA News) – Setelah memenangi medali beberapa kompetisi di tingkat Arab dan internasional, atlet Paralimpiade Gaza, Khamis Zaqout berharap mampu membuat rekor dunia baru saatm bertanding di Paralimpiade London.

Zaqout (47) yang memiliki sembilan anak dan berasal dari kamp pengungsi Khan Yunis di selatan Gaza ini akan berlomba pada tiga cabang, yakni menembak, lempar cakram dan lempar lembing, setelah lolos kualifikasi awal tahun ini.

Pekerja konstruksi ini tertimpa kecelakaan fatal saat bekerja di Israel pada 1992 yang menyebabkan sebagian tubuhnya lumpuh dan harus menggunakan kursi roda.

Saat umurnya 20-an, ia dikirim ke Tepi Barat untuk diobati di Pusat Rehabilitasi Khalil Abu Raya di kota Tepi Barat, Ramallah, dimana dia menghabiskan beberapa tahun belajar bagaimana hidup dengan kecacatan.

Di sana dia mulai belajar bermain basket dan renang.

Saya mulai pada 1992 di Pusat Rehabilitasi Abu Raya di mana kami kemudian mulai melakukan olahraga bagi penyandang cacat fisik di Palestina, "kata Zaqout, yang dengan cepat unggul pada bola basket kursi roda.

"Waktu itu saya luar biasa di antara para atlet dan kemudian menjadi kapten tim," katanya seperti dikutip AFP.

Dua tahun kemudian, Zaqout ambil bagian dalam kualifikasi Paralimpiade di Iran di mana timnya menempati posisi keenam bola basket kursi roda.

Tahun berikutnya, Zaqout mengubah jalur setelah berdikusi dengan pelatihnya, dan beralih ke cabang menembak, lempar cakram dan lempar lembing.

Setelah hampir dua dekade pelatihan, di mana orang-orang Gaza mengambil bagian dalam beberapa kegiatan olahraga internasional, Zaqout akhirnya menggapi mimpinya yang telah lama ditunggu pada Maret selama kualifikasi Paralimpiade di Dubai.

"Saya mencetak rekor dunia baru dengan 11,4 meter," katanya dalam kompetisi yang membuatnya pulang dengan lima medali emas untuk cabang menembak, cakram dan lembing.

Dengan Paralimpaide London yang akan dimulai dalam beberapa hari, Zaqout sekarang mengincar trofi utama yakni emas Paralimpiade.

Atlet Palestina belum pernah memenangi medali Olimpiade, namun telah berhasil memenangi tiga medali di Paralimpiade, yakni perunggu pada cabang menembak di Paralimpiade Sydney 2000 dan dua lagi pada Paralimpiade Athena 2004: perak untuk menembak dan perunggum untuk lompat jauh.

Tahun ini, Zaqout, yang bersaing di kelas 55/56 untuk atlet kursi roda yang melempar dari posisi duduk. Dia adalah satu dari dua warga Palestina yang ambil bagian dalam Paralimpiade 2012 yang dimulai pada 29 Agustus mendatang.

Pesaing terkuatnya, Mohammed Fannouna (32), atlet lompat jauh yang rabun yang memenangi perunggu Paralimpiade Athena untuk loncatan sejauh 6,59 meter.

Fannnouna, yang berkompetisi pada kelas 13 untuk atlet dengan gangguan penglihatan, juga ikut ambil bagian dalam lari 100 meter dan 200 meter, serta lempar lembing.

Zaqout mengatakan para atlet Palestina menghadapi hambatan besar saat berlatih untuk bersaing di tingkat internasional karena kekurangan peralatan dan fasilitas yang tidak memadai.

Meskipun atlet dan olahragawan di wilayah pendudukan terpengaruh oleh krisis keuangan yang dihadapi pemerintahan Palestina yang berbasis di Ramallah dan pemerintahan Hamas di Gaza, tetapi situasi jauh lebih sulit dialami oleh mereka yang tinggal di Gaza, yang diblokade Israel sejak 2006.

"Kami tidak memiliki hak-hak dasar setiap atlet," kata Zaqout, yang dilarang Israel meninggalkan Gaza awal Juni lalu untuk menghadiri pra-Perayaan Olimpiade yang diselenggarakan Konsulat Inggris di Yerusalem dan Ramallah.

"Kami tidak memiliki peralatan olahraga yang memadai atau tempat pelatihan, bahkan kursi roda," jelasnya seperti dilaporkan AFP.

"Setiap pemain seharusnya memiliki setidaknya 10 lembing tetapi enam orang atlet kami hanya memiliki empat lembing. Dan tim kami hanya memiliki lima cakram dari yang seharusnya minimal 20 cakram,"katanya.

Hingga Olimpiade dimulai, tim Palestina menghabiskan 10 hari pelatihan di Qatar sebelum terbang ke London pada 23 Agustus.

"Saya tahu ini tidak cukup. Dibutuhkan latihan setidaknya dua bulan sebelum bertanding,"kata Zaqout.

Kedua warga Gaza itu juga harus berjuang dengan beban tambahan berlatih selama bulan suci Ramadan dari fajar hingga petang yang berakhir 19 Agustus silam.

"Ini menunjukkan tekad dan semangat orang Palestina," katanya kepada AFP.

Bagi tukang besi ini, berpartisipasi dalam Paralimpiade London adalah jalan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap penyandang cacat.

"Kami ingin mencapai sesuatu untuk membuktikan pada dunia bahwa penyandang cacat Palestina tidak tergantung pada orang lain, dan mungkin mengubah cara pandang masyarakat terhadap kami," kata Zarqout.

"Orang Palestina mampu melakukan segalanya meskipun dalam situasi pendudukan dan blokade yang kami akan buktikan melalui partisipasi kami dalam pertandingan Paralimpiade," katanya.

(SDP-46)

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 ulasan:

Catat Ulasan