REPUBLIKA.CO.ID, Selama bertahun-tahun, Presiden Formula 1, Bernei Eccleston mengejar ambisi Grand Prix di Amerika, tepatnya Grand Prix New York. Akhirnya, meski meleset beberapa kilometer, kalender musim balap 2013 bakal menyelipkan Grand Prix New Jersey di daratan Amerika.

Mimpi Bernie terwujud dan begitu pula mimpi para fans ajang kebut-kebutan paling tersohor di dunia itu. Sayangnya, orang sekuat Ecclestone pun tak selalu mendapat apa yang ia inginkan. Terlepas dari kerja keras PR New Jersey untuk mendorong tim F1 andalannya, Red Bull Racing selama musim panas, Grand Prix Amerika 2013 memiliki lubang dalam kontrak.

Pekan lalu, penentuan kalender 2013 sudah menunjuk New Jersey untuk balapan pada Juni. Kini Eccleston dilaporkan menyatakan kepada Guardian bahwa penyelenggara Grand Prix Amerika 'tidak sejalan dengan kondisi dan ketentuan kontrak yang kini menguap."

Memang tak berarti GP New Jersey sepenuhnya masuk kotak sampah, mungkin lebih tepat sedang tergulung di bawah karpet. Ecclestone mengakui penyelenggara di Weehawken, NJ, masih harus memenuhi banyak persyaratan untuk menghadirkan sirkuit layak Formula 1. Artinya, Bernie Ecclestone harus menarik kompetisi balap di Amerika Serikat hingga dana yang dibutuhkan sesuai kriteria.

Kendala serupa juga dijumpai di penyelenggara GP Austin, Texas. Berdasar laporan yang masuk dan dikonfirmasi imotortimes.com, Selasa (25/9) nomor balap di Texas dihentikan sepenuhnya, namun darah baru dan uang baru disuntikkan pada menit-menit terakhir demi memastikan proyek bisa jalan terus.

Jika GP New Jersey atau New York menghadapi tantangan serupa, banyak yang masih optimistis ada investor kaya akan masuk dan turun tangan dalam salah satu industri olahraga otomotif bergengsi itu. Sementara, FIA World Motor Sport Council akan melakukan pertemuan pada Jumat pekan ini untuk menentukan jadwal pasti musim balap Formula 1 tahun 2013. Bagi fans di Amerika, berharaplah mereka menentukan kapan tanggal balapan GP New Jersey digelar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pelatih senior bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata berharap Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) yang baru di bawah Ketua Umum Gita Wiryawan bisa mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia.

"Tantangan PBSI ke depan saya pikir masih sama seperti yang sudah-sudah, yaitu merebut kembali supremasi bulu tangkis Indonesia," kata Christian Hadinata saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (25/9).

Apalagi, sejak beberapa tahun ke belakang, menurut dia, prestasi bulu tangkis Indonesia terus menurun dan tidak berhasil meraih satu piala pun dalam kejuaraan internasional.

"Piala Thomas, Uber, Sudirman harus berhasil kita rebut kembali. Selama ini, itu yang belum kita dapatkan," kata Chritian yang pernah menjadi juara ganda putra All England bersama Ade Chandra itu.

Namun, dia enggan menjawab ketika ditanya tentang apa yang sebaiknya dilakukan pengurus PBSI yang baru untuk mengembalikan supremasi bulu tangkis Indonesia.

Menurut dia, lebih baik menunggu kepengurusan PBSI yang baru terbentuk, kemudian melihat program-program yang disusun baru akan terlihat kemungkinan dan harapan untuk meraih kembali supremasi bulu tangkis Indonesia.

"Saat ini kita belum tahu siapa-siapa yang akan duduk dalam kepengurusan. Kalau kabinet sudah terbentuk tentu bisa kita lihat," katanya.

PBSI memiliki nahkoda baru setelah Gita Wirjawan, yang juga Menteri Perdagangan, terpilih sebagai ketua umum periode 2012-2016 dalam musyawarah nasional (munas) di Yogyakarta.

Sebelumnya, Gita menyatakan akan fokus pada kesejahteraan atlet, profesionalisasi bulu tangkis serta mendorong peningkatan kapasitas dan pembinaan atlet agar dapat meraik kembali kejayaan bulu tangkis Indonesia.

"Tentunya dengan dukungan seluruh pihak, saya berharap dapat menjalankan amanat ini sebaik mungkin dan berupaya keras dalam memajukan perbulutangkisan nasional," katanya.