Kami juga melihat bahwa suatu hari nanti impian menyelenggarakan olimpiade di kawasan Timur Tengah akan terwujud."
Berita Terkait
Doha (ANTARA News) - Qatar terus berupaya mencalonkan diri menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas, walaupun negara tersebut telah gagal dalam persaingan menjadi tuan rumah Olimpiade 2016 dan 2020.
"Kami akan terus melanjutkan upaya mencalonkan diri sebagai penyelenggara tersebut," ujar Sekjen Komite Olimpiade Qatar Saoud bin Abdulrahman al-Thani dalam konferensi Aspire4Sport business, Kamis, lapor Reuters.
"Setiap saat kami mencalonkan diri, kami mendengarkan serta mempelajari bagaimana membuat pencalonan yang lebih baik lagi".
"Pencalonan kami untuk Olimpiade 2020 lebih kuat dari pencalonan kami di Olimpiade 2016 karena dewan eksekutif komite olimpiade internasional telah menyetujui rencana kami menyelenggarakan agenda pada Oktober".
Qatar telah memenangi hak penyelenggara Piala Dunia 2022, satu keputusan yang kontroversial, di mana mereka akan menyiapkan stadion yang nyaman dan ber-AC untuk mengurangi suhu yang tinggi saat pertandingan di musim panas.
Presiden UEFA Michael Platini merupakan salah seorang yang menginginkan agar pertandingan dilakukan di sana pada saat musim dingin.
Qatar, sebuah negara kecil dengan populasi penduduknya berjumlah 1,7 juta jiwa telah bertekad menjadi pusat olahraga di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Kami pikir pencalonan kami (untuk Olimpiade) akan sama kuatnya karena dari apa yang sudah kami pelajari pada 2020. Kami juga melihat bahwa suatu hari nanti impian menyelenggarakan olimpiade di kawasan Timur Tengah akan terwujud," ujar al-Thani.
"Kami menyaksikan negara ini telah membangun berbagai arena besar yang tidak kalah dibandingkan dengan negara lainnya," katanya.
Kegagalan Doha menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade 2016 dan 2020 memperkuat tekad mereka walaupun menghadapi ganjalan berupa cuaca saat olimpiade musim panas berlangsung.
Hal itu karena selain adanya ancaman suhu udara yang tinggi dan membakar sehingga membuat orang enggan untuk berpergian, juga karena prospek rendahnya rating televisi untuk tayangan Olimpiade itu pada saat yang bersamaan waktu dengan agenda olahraga utama lainnya.
"Pada Juli atau Agustus, orang-orang lebih memilih untuk pergi berlibur. Oleh karena itu muncul risiko bahwa Olimpiade pada Oktober akan menjadi "Olimpiade akhir pekan". Selain itu dengan jangkauan demografis yang rendah, maka untuk menyiarkan pertandingan Olimpiade juga menjadi lebih sulit," demikian IOC. (D011/I015)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com