KOMPAS.com - Olahraga |
Posted: 09 Jul 2011 08:50 PM PDT KOMPAS.com - Mereka duduk rapi di ruang tengah Istana Negara mengenakan seragam olahraga, ada yang tersenyum, ada yang bercanda dengan teman di sebelahnya dan ada pula yang terdiam sambil memandangi langit-langit salah satu Istana Kepresidenan Indonesia itu. Mereka adalah para atlet nasional Indonesia berkebutuhan khusus yang tergabung dalam kontingen special Olympics Indonesia (SOINA) yang berlaga di Special Olympics World Summer Games XIII di Athena, Yunani 2011. Kebahagiaan tergambar di wajah mereka karena sore itu bisa bertemu langsung dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Namun, yang merasa beruntung sore itu justru Presiden Yudhoyono dan Ani Yudhoyono. "Apa yang dicapai oleh anak-anak kita sangat luar biasa, rasa terima kasih kami semoga ini menjadi catatan abadi, bisa dijaga dan dipertahankan," kata Presiden, saat menerima 46 atlet kontingen SOINA di Istana Negara Jakarta, Jumat (8/7/2011) sore itu. Saat memberikan sambutannya, setidaknya hampir lima kali Presiden mengucapkan terima kasih dan rasa bangganya kepada anak-anak bangsa yang di tengah keterbatasan fisik, namun bisa memberikan sumbangan nyata bagi bangsanya. "Saya ingin, siapapun di negeri ini bisa mendapatkan, peluang dan kesempatan serta ruang untuk berprestasi, menunjukkan yang terbaik, mengharumkan nama bangsanya, tidak boleh ada halangan apapun dari pemberian peluang itu, atlet penyandang tuna grahita kita, tidak kalah, segi capaian medali lebih baik dari kelompok lain yang tidak punya hambatan," tegas Presiden. Tak hanya Kepala Negara, Ibu Ani Yudhoyono pun tampak senang bisa bertemu anak-anak berkebutuhan khusus namun berprestasi khusus itu. Sesekali ia tampak berbisik kepada Presiden, mungkin menyampaikan kekagumannya. Prestasi 46 atlet SOINA itu memang luar biasa bila dibandingkan dengan atlet-atlet pelatnas yang berlaga di Olimpiade biasa. Kontingen Indonesia pada Special Olympics World Summer Games XIII turun pada tujuh cabang olahraga dari 22 cabang yang dipertandingkan. Tujuh cabang itu adalah sepak bola, bulu tangkis, renang, bocce, bola basket, tenis meja, dan atletik. Enam dari 15 medali emas yang berhasil diraih, disumbangkan atlet dari cabang bulu tangkis yang di antaranya diraih oleh Komarudin (single), Komarudin/Alex Wiranata (ganda) dan Komarudin/Ati Hasyim (ganda campuran). Setelah bulu tangkis disusul tenis meja dengan tiga emas, bocce dengan tiga emas dan renang juga dengan tiga emas. Emas renang direbut oleh Stephanie Handojo (DKI), Fitriani (Sulteng) yang keduanya merebut nomor 50 M gaya dada dan Christiaan H Sitompul (DKI) 50 M gaya bebas. Untuk medali perak di antaranya direbut oleh Daniel Nugroho (renang), Donal Latif (tenis meja), Silvia Lauputty (lari 200 M), tim basket, serta lari estafet. Medali perunggu disumbangkan oleh Agus Adi Wiranata (lari 100 M), Silvia Latuputty (lompat jauh), Marwan (tenis meja), Ika Solehati (bocce single), Mimin Aminah/Desi Pradita (tenis meja ganda putri). Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dalam sambutannya mengatakan, prestasi yang diukir ini lebih baik dari capaian Olimpiade bagi atlet berkebutuhan khusus sebelumnya. "Ini luar biasa, sekali lagi luar biasa," kata Andi. Ia menambahkan,"prestasi ini lebih tinggi dari olimpiade di Shanghai yaitu 9 emas." Andi mengatakan, apa yang telah diraih atlet "Special Olympics Indonesia" (SOINA) dapat memberikan inspirasi bagi atlet Pelatnas SEA Games dan Olimpiade. Indonesia menjadi salah satu negara dari 178 negara yang mengirimkan atletnya ke Special Olympics World Summer Games XIII di Athena, Yunani 2011. Pembinaan dan sarana Saat memberikan laporan di hadapan Presiden, Andi Mallarangeng juga mengatakan bahwa dari sekian ratus ribu penyandang tuna grahita di Indonesia, baru 50.000 yang dengan bantuan orang tua, pelatih dan pembina olahraga bisa diarahkan bakat mereka. "Yang tertangani baru 50.000 penyandang tuna grahita, sebagian mereka dibina pelatih SOINA dan orang tua. Orang tua juga mendampingi, mereka (para atlet-red) tidak ingin karena keterbatasannya dianggap tidak bisa berprestasi melalui cabang olahraga," kata Andi. Karena itu Andi mengharapkan pada tahun-tahun mendatang pemerintah dapat lebih memberikan fasilitas dan perhatian bagi anak-anak berkebutuhan khusus, terlebih yang memiliki prestasi di bidang olahraga sehingga selain sebagai sarana aktualisasi diri, juga bisa mengharumkan nama bangsa. Pada kesempatan bertemu Presiden, para pembina SOINA juga meminta kepada Kepala Negara untuk dapat memberikan bantuan berupa pembangunan sarana latihan khusus bagi atlet berkebutuhan khusus. Selama ini mereka masih berlatih di kompleks atlet Ragunan. Menanggapi permintaan itu, Kepala Negara berjanji akan sungguh-sungguh mengkaji permintaan itu. Sementara bagi 46 atlet dan pembina yang berprestasi, Presiden Yudhoyono mengatakan akan memberikan bantuan dan penghargaan, meski tidak menyebut bentuk dan jumlahnya. "Saya berterimakasih pada Menpora dan juga bagi pelatih, mudah-mudahan bisa meningkatkan semangat kita bersama, berbuat lebih baik di masa depan. Tuhan selalu bersama kita, berkeyakinan diri, optimis membangun masa depan lebih baik," kata Presiden. Sederhana Meski meraih emas olimpiade, para atlet berkebutuhan khusus itu tetap sederhana dan apa adanya. Meski telah memberikan persembahan nyata bagi bangsanya, permintaan mereka tidak muluk-muluk. Arief, salah seorang atlet dari Sulawesi, hanya mengatakan bila mendapat hadiah berupa uang, maka akan digunakan untuk memasang listrik di rumahnya, karena saat ini aliran listrik belum terpasang. Lain halnya dengan Komaruddin (16) asal Pekalongan Jawa Tengah, meski meraih tiga medali emas dari cabang bulutangkis, ia cukup puas dengan bersyukur bisa mengharumkan nama bangsa dan tidak mengharapkan apapun sebagai imbalannya. Bermain bulutangkis sejak kelas 4 SD, cita-cita Komaruddin hanyalah bisa menjadi atlet nasional bulutangkis dan bisa memberikan medali-medali lainnya bagi Indonesia. "Saya ingin menjadi pemain hebatlah..",katanya. Sedangkan Stephanie Handojo (19) atlet renang dan meraih emas pertama bagi kontingen Indonesia, hanya ingin bisa terus bermain piano sembari berlatih renang untuk mengasah kemampuannya. Siswi kelas 3 SMK Kasih Ananda, Kelapa Gading Jakarta itu, selain memiliki kemampuan renang juga pandai memainkan tuts piano. "Saya paling suka renang dan main piano," katanya bersahaja. Meski berkebutuhan khusus, namun prestasi yang mereka buktikan tidak sesederhana seperti apa yang menjadi keinginan mereka. Bagi mereka, kegiatan apapun akan dilakukan sebaik mungkin dengan tulus dan ikhlas, seikhlas Presiden dan Ibu Negara yang berfoto dengan mereka serta bersalaman dan sesekali tampak terharu dengan prestasi dan kesederhanaan anak-anak itu. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
Posted: 09 Jul 2011 07:41 PM PDT Seri GP3 Muller Tercepat di Race 1 Jimmy Hitipeuw | Minggu, 10 Juli 2011 | 02:41 WIB NORTHAMPTON, KOMPAS.com - Pebalap asal Swiss Nico Muller menjadi peserta tercepat dalam lomba Seri GP3 di Sirkuit, Silverstone, Northampton, Inggris, Sabtu (9/7/2011) sore waktu setempat. Pebalap dari tim Tim Jenzer Motosport ini menyelesaikan 14 lap dengan catatan waktu Cuaca yang tidak stabil, hujan-cerah-hujan, mengharuskan pebalap tepat memilih ban yang dipakai. Belakangan cuaca di sekitar Silverstone sulit diprediksi. Sebanyak 19 pebalap mengganti ban pada saat balapan akang berlangsung. Hanya ada sebelas pebalap yang tetap berada di grid lintasan. Situasi ini membuat persiapan menyetel mobil menjadi terbatas. "Saya sendiri dari awal menyetel mobil untuk lintasan kering. Namun, setelah mencoba lintasan, saya memutuskan mengganti ban basah. Sebab mendung sudah tebal di atas area sirkuit," kata Rio Haryanto. Perkiraan Rio tepat, namun terlambat karena berlangsung sesaat menjelang balapan dimulai. Hal yang sama terjadi pada 19 pebalap lain. Akibatnya pada saat balapan berlangsung, beberapa pebalap selip keluar lintasan. Sebagian bertabrakan hingga cidera. "Keputusan mengganti ban seperti berjudi dengan cuaca. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi dengan cuaca berikutnya," kata Manajer Teknis Rio, Piers Hunniset usai balapan. (Andy Riza Hidayat, dari Inggris) |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Olahraga To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 ulasan:
Catat Ulasan