Republika Online |
Dikalahkan Persib, Persija Akui Strategi Maung Bandung Posted: 30 Jan 2012 12:14 AM PST REPUBLIKA.CO.ID, Pelatih Persija Jakarta Iwan Setiawan dengan hati besar mengakui kekalahan 1-0 yang diderita tim asuhannya dari rival abadi Persib Bandung pada laga lanjutan Superliga Indonesia (LSI) 2011/12, Ahad (29/1) kemarin di stadion si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Saat konferensi pers, Iwan mengatakan absennya Ramdani Lestaluhu dan Leo Saputra membuat Macan Kemayoran kehilangan keseimbangan dan mengakui aksi skuad Maung memang lebih baik. "Skuad kami sedikit bermasalah karena dua pemain yang rajin membantu serangan seperti Ramdani Lestaluhi dan Leo Saputra absen. Ketidakhadiran mereka membuat daya gedor Persija menurun," jelas Iwan. "Saya menyaksikan laga antara Persib dan PSMS. Jika aksi sama diperlihatkan Persib, saya yakin Persija akan dengan mudah menghabisi tuan rumah," katanya menambahkan Mengomentari penalti dan kepemimpinan wasit, Iwan sama sekali tidak mengeluarkan keluhan. Ia bahkan berharap situasi fair bisa tercipta di laga lainnya. "Penalti? Itu memang hand ball, wasit juga melakukan pekerjaannya dengan baik, saya harap situasi fair di tengah lapangan bisa tercipta pada laga-laga selanjutnya karena akan bagus bagi sepakbola Indonesia," tuturnya. Meski bertindak sebagai tuan rumah, dari awal pertandingan Persib menurunkan dua gelandang bertahan dan hanya menyimpan satu striker di lini depan dan menurut Iwan strategi ini tidak bisa dikatakan sebagai strategi bertahan. "Filosofi dan strategi Drago [Mamic] sangat baik. Lini pertahanan Persib begitu kokoh meski beberapa kali kami bisa menciptakan peluang berbahaya," bebernya. "Kombinasi M Ilham dan Moses Sakyi merepotkan. Ilham pintar berkreasi sementara Sakyi memiliki kemampuan screening hingga memberikan cukup waktu bagi second line untuk naik membantu serangan," pungkasnya. Full content generated by Get Full RSS. |
PSSI VS KPSI, Lantang Soal Kursi, Melempem Kalau Prestasi Posted: 29 Jan 2012 09:43 PM PST REPUBLIKA.CO.ID,PSSI VS KPSI, "Kita nothing to lose saja. Lawan memiliki kekuatan yang jauh di atas. Sedangkan kita persiapan sangat singkat," Petikan kalimat di atas, saat ini sering melekat di setiap wartawan ketika akan menghadiri acara konferensi pers tim nasional Indonesia jelang sebuah laga internasional. "Nothing to lose" (tidak ada beban untuk kalah) adalah frase andalan para pengurus sepak bola yang seakan tak berdaya dalam mendongkrak prestasi sepak bola Indonesia. Tak ada yang heran jika kata nothing to lose itu terlontar jelang laga timnas versus Korea, Jepang, atau Brasil. Mental nothing to lose terus menjangkiti kondisi riil sepak bola Indonesia di atas lapangan. Label siap kalah yang disematkan ke anak-anak muda berumur dibawah 21 tahun, seakan merobohkan mimpi, harapan, serta motivasi putra bangsa. Di usia muda, sudah sejatinya para muda-mudi ini menggantungkan mimpi dan cita-cita tinggi. Karena mimpi berarti motivasi untuk untuk merertas jalan kesuksesan di masa depan. Pendekatan nothing to lose yang dipakai pengurus adalah contoh penanaman mental yang kurang baik bagi seorang pemain muda usia. Jangan salah jika nantinya mental yang ada di benak anak-anak muda ini tidak jauh berbeda dengan para seniornya yang sudah biasa dijejali pemikiran "siap kalah" yang "didoktrin" para pengurus sepak bola. Mental legowo kalah ini ironisnya berbanding terbalik dengan sikap gigih pengurus di meja organisasi. Kegigihan, spirit pantang menyerah, dan pengorbanan juga ditampilkan oleh eks pengurus yang kini tergabung dalam KPSI. Komite yang mengklaim telah mengkudeta PSSI itu selalu mengungkapkan jika pihaknya menyuarakan kebenaran. "KLB sudah harga mati. Djohar Arifin cs telah kehilangan legitimasi," kata salah satu anggota KPSI, La Nyalla Mattalitti. Mental siap kalah di atas lapangan, namun selalu ingin menang ketika berbicara kursi organisasi adalah tabir sesungguhnya dari dua kubu sepak bola Indonesia yang berseteru. Situasi yang tentu menyedihkan karena sepak bola Indonesia lebih diartikan prestasi di pucuk kursi organisasi. Untuk urusan prestasi di lapangan? Kata nothing to lose-lah jadi jawaban dari kedua kubu! Masyarakat mungkin kini sudah persetan dengan siapa yang akan "memenangkan" duel antara PSSI versus KPSI. Jika bisa memohon pada tuhan, mungkin kita bisa berdoa agar otak para pengurus PSSI dan KPSI diputar-balik 180 derajat. Sejatinya tidak ada yang kalah dan menang dalam berebut kursi organisasi sepak bola nasional. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Sepakbola RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 ulasan:
Catat Ulasan