Republika Online |
Pelatih Argentina Cari Pendamping Terbaik untuk Messi Posted: 25 Apr 2012 01:19 AM PDT REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES - Pelatih tim sepakbola Argentina Alejandro Sabella mengatakan dia harus menyelesaikan masalah di lini tengah dan pertahanan, yang merupakan kelemahan mereka di Copa America tahun lalu, jika Lionel Messi akan memimpin tim menuju kemenangan di Piala Dunia 2014 di Brasil. Lini tengah mereka membutuhkan penanganan karena Sabella tidak bisa mengandalkan Juan Sebastian Veron, kapten tim Estudiantes yang memenangi Piala Libertadores 2009, karena pemain berusia 37 tahun tersebut akan pensiun bulan Juni. Satu lagi yang menjadi perhatian adalah gelandang Juan Roman Riquelme yang sudah berumur, walaupun masih membela tim dan terakhir bermain membela Argentina pada Oktober 2008, namun dilupakan para pendahulu Sabella, Diego Maradona dan Sergio Batista. "Argentina berada di tengah-tengah pergantian generasi, yang terjadi pada semua timnas sepakbola dunia ketika ada sejumlah pemain muda yang datang dan kami harus memperkuat dari lini tengah hingga pertahanan, itu yang kami cari," kata Sabella kepada Reuters. "Semua orang mengetahui potensi besar yang kami miliki di area 30 meter terakhir lapangan," kata dia, yang menyadari bahwa timnya juga memiliki banyak bakat di lini depan dengan Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain dan Carlos Tevez. Argentina memeroleh kemenangan terbesarnya terakhir kali pada Copa America 1993. Jika mereka ingin memenangi Piala Dunia ketiga di negara rival terbesarnya, Messi harus berada di puncak permainannya pada umur 26 dan didukung oleh formasi tim yang bagus. "Pasti, impian kami adalah melakukan pekerjaan dengan bagus, bermain di kualifikasi, lolos ke Piala Dunia dan sampai di sana pada saat yang tepat karena sangat penting bagi kami untuk berada di Piala Dunia dalam kondisi terbaik," kata Sabella. "Namun perjalanan masih panjang dan saya tidak suka melewatkan tahap atau waktu," kata pelatih berusia 57 tahun tersebut, seraya menambahkan bahwa komplek latihan badan sepakbola Argentina berada di pinggiran ibukota. Kualifikasi yang Melelahkan Argentina harus melewati perjalanan di kualifikasi yang melelahkan selama tiga tahun dengan Ekuador yang merupakan lawan berikutnya pada 2 Juni di Buenos Aires, di mana mereka akan memperebutkan posisi pertama bersama Uruguay dan Venezuela di dalam grup yang terdiri dari sembilan tim. Satu pekan kemudian, Argentina akan mendapatkan bye yang mana akan mereka gunakan kesempatan tersebut untuk bermain melawan Brasil dalam pertandingan persahabatan di New York. Tidak ada kekhawatiran terhadap pemain terbaik dunia Messi, yang jarang bermain bagus di pertandingan internasional, namun bermain baik di klub sepakbola. Sabella menunjuknya sebagai kapten pada Agustus tahun lalu dan memuji Messi karena kualitasnya permainannya muncul di setiap permainannya bersama Barcelona. "Dia memiliki keberanian yang besar, di atas kecakapannya yang tinggi. Dia memiliki insting mencetak gol yang berarti dia akan selalu bisa menundukkan para pemain ketika bola berada di kakinya dan juga mempunyai hasrat untuk menjaringkan bola yang akan membuatnya seorang pemain yang luar biasa," kata Sabella. Mempersiapkan tim untuk Messi, seperti apa yang Carlos Bilardo lakukan terhadap Diego Maradona untuk memenangi Piala Dunia Meksiko 1986, adalah hal yang berat karena para pemain sedang mempunyai kepercayaan diri yang rendah setelah kekalahan di kandang sendiri pada Copa America Juli lalu. Seperti para pendahulunya dalam sepuluh tahun terakhir, Sabella memilih pasukannya sebagian besar dari para pemain elit Argentina yang bermain untuk klub-klub Eropa. "Di tim Argentina sekarang, sebagian besar pemain bermain di luar negeri dalam kompetisi domestik yang memiliki standar sedikit lebih tinggi dari sepakbola Argentina, sedikit lebih kompetitif, lebih menuntut, itu lah kenyataannya, mereka ada di sana (di Eropa) dan mereka juga yang bermain di timnas," beber Sabella. Argentina memenangi Piala Dunia 1978 dan 1986 dengan pasukan yang terdiri dari pemain yang sebagian besar bermain di liga dalam negeri, namun Sabella harus mendukung respon warga yang baik kepada susunan tim yang sekarang. "Hal yang hilang adalah kenyataan bahwa para fans yang mendukung tidak memandang di klub apa para pemain tersebut bermain dan juga pemain yang meninggalkan negaranya untuk bermain di usia muda. Para fans tidak bisa menikmati permainan mereka di sini jika memandang klub di mana mereka bermain sehingga harus melihat dengan pandangan yang berbeda," ungkap Sabella. Teknik Adalah Kunci Messi, yang meninggalkan Argentina ketika remaja, harus berjuang melawan kritik dari para fans tim Argentina yang menginginkan dia untuk berkontribusi kepada Argentina seperti apa yang dia lakukan dengan Barcelona. Dia berjuang pada awalnya, walaupun sekarang telah mengalahkan sebagian orang yang skeptik dan sekarang mendapatkan tempat yang jelas di bawah asuhan Sabella. Sabella, yang merupakan gelandang tengah yang bermain di Ingrris selama tiga tahun antara 1978-1981 bersama Sheffield United dan Leeds United, mengatakan bahwa elemen kunci dalam sepakbola adalah teknik individu pemain. "Teknik bermain selalu menjadi dasar. Apa yang terjadi adalah ada masa-masa beberapa tahun lalu ketika kebugaran dan taktik menjadi yang paling penting," kata Sabella. "Tim dengan teknik yang lebih tinggi dikalahkan oleh tim lain, yang secara fisik lebih unggul seperti pada Piala Dunia 1985 di Swedia ketika Argentina belum berevolusi," kata dia. "Ketika kami sadari bahwa kalian harus secara fisik berada di kebugaran yang tinggi, taktik dan strategi menjadi sangat penting... semuanya dikalahkan dan apa yang dulunya mendominasi melakukan hal tersebut sekali lagi, yaitu teknik," tandas Sabella. |
Pers Dunia Sanjung Chelsea Kutuk Messi Posted: 25 Apr 2012 01:07 AM PDT REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Keajaiban Chelsea dan kesialan Barcelona menghiasi pemberitaan media-media dunia hari. Pers dunia memberitakan kesuksesan Chelsea melenggang ke partai puncak Liga Champions. Tak lupa, mereka juga mengutuk Lionel Messi yang gagal melakukan eksekusi penalti ''Barcelona dikhianati oleh Messi,'' tulis La Gazzetta dello Sport. Surat kabar khusus olahraga Italia itu menuliskan Chelsea melakukan pertahanan yang membuat Barcelona putus asa. Manajer Barcelona, Pep Guardiola, berusaha memaksimalkan Isaac Cuenca tapi Ashley Cole masih terlalu kuat. Barcelona menyoba menyerang dari tengah. L'Equipe, surat kabar Prancis, membuatnya dengan judul 'Mukjizat Chelsea'. L'Equipe menulis ketika Messi bermain baik, Barcelona tak terbendung. Tapi ketika sang insiyur kecil tak menentu, tim menjadi rentan. Harian Jerman Bild menulisnya dengan judul ''Barcelona Tersingkir''. ''Chelsea secara tak terduga menyingkirkan Barcelona. Messi gagal, sejumlah peluang terbuang, dan dua tendangannya membentur mistar. Salah satunya saat penalti,'' tulis Bild. Ole, salah satu surat ternama Argentina, juga ikut mencibir penampilan striker timnas Argentina tersebut. ''Telan Saya Bumi,'' tulis Ole. ''Malam kelam bagi Messi yang terdepak dari Liga Champions.'' A Bola beda lagi. Surat kabar Portugal itu menulis Ramires dan Fernando Torres telah membuat Camp Nou terdiam. ''Torres pastinya akan mengatakan,'Saya selalu mengalahkan tim terbaik'.'' |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Sepakbola RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 ulasan:
Catat Ulasan