Republika Online |
Ketika Jilbab Terlarang dalam Dunia Olahraga Posted: 17 Jun 2011 06:13 AM PDT REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Muslimah dan Olahraga. Dua premis yang seolah terasing satu dengan yang lain. Kasus tim nasional perempuan Iran beberapa waktu lalu memberi sinyal 'penolakan' terhadap Muslimah oleh dunia olahraga. Apa yang salah? Begitulah kira-kira pertanyaan yang mengemuka. Dari minat, gairah perempuan Muslim tidak kalah dengan kaum adam. Bahkan, sebagian dari mereka merupakan atlet berbakat. Sebagai ilustrasi saja, Kulsoom Abdullah. Muslimah Pakistan, namun tinggal lama di AS. Dia merupakan atlet potensial untuk kategori olahraga angkat besi. Dia pun bermimpi untuk ambil bagian dalam hajatan Olimpiade. Sayangnya, mimpi Kulsoom bakalan terganjal regulasi Federasi Angkat Besi Dunia (IWF). IWF menilai apa yang dikenakan Kulsoom saat bertanding tidak bisa dipergunakan dalam ajang internasional. Alasannya pun cukup klise, setiap atlet angkat besi diharuskan mengenakan celana selutut dan baju ketat. Aturan itu dinilai Kulsoom tidak seharusnya menghalangi seorang Muslimah untuk ambil bagian. Atas dasar keyakinan itu, dia dalam setiap beraksi mengenakan jilbab dan pakaian yang menutupi tubuhnya. Namun, apa yang dilakukannya memicu reaksi kontroversial dari IWF. Mereka akhir bulan ini akan memutuskan apakah Kulsoom akan diperkenankan mengenakan pakaian yang biasa dikenakan saat bertanding atau tidak. "Itu keyakinan saya. Saya selalu berpakaian seperti ini dalam keseharian," kata dia seperti dikutip dari alarabiya, Jum'at (17/6). Kulsoom mengaku kesal dengan pandangan yang tidak memperbolehkan perempuan berpartispasi olahraga lantaran berpakaian tertutup. Meski kesal, dia tidak bermaksud untuk mengharapkan Muslimah lain seperti dirinya. Dia hanya menginginkan adanya keleluasaan dalam berpakaian meski berbeda agama dan budaya. Mengkomentari soal Kulsoom, Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), menilai semua Muslimah berhak untuk memilih apa yang menjadi pilihannya sekalipun pilihan itu jatuh pada angkat besi. Tugas masyarakat adalah bagaimana memberdayakan Muslimah sehingga mereka berhasil melalui segala proses dan berprestasi. " Seharusnya tidak ada hambatan," kata dia. Muslim bergelar doktor bidang teknik kelistrikan dan komputer ini mampu mengangkat beban hingga 245 pon. Pencapaiannya memang masih kalah dengan pemegang rekor saat ini Hossein Rezazadeh asal Iran yang mampu mengangkat beban maksimal hingga 470 pon. "Ada banyak teknik yang terlibat. Ada kecepatan dan waktu untuk itu. Anda harus mengeluarkan segenap tenaga yang dimiliki," komentar Kulsoom yang bersiap ambil bagian dalam turnamen di AS. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Olahraga RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 ulasan:
Catat Ulasan