KOMPAS.com - Olahraga |
Posted: 14 Oct 2011 03:19 PM PDT Tinju Hopkins Ditantang Dawson Korano Nicolas LMS | Nasru Alam Aziz | Jumat, 14 Oktober 2011 | 22:19 WIB CALIFORNIA, KOMPAS.com — Bernard Hopkins (46), pemegang gelar juara dunia tertua, harus mempertahankan gelar juara dunia kelas berat ringan versi WBC-nya setelah ditantang Chad Dawson (29). Keduanya akan bertarung selama 12 ronde, Sabtu (15/10/2011) malam waktu Los Angeles, California, Amerika Serikat. Menurut Aaron Davis, mantan juara dunia kelas welter versi WBA, sekalipun Hopkins dan Dawson berasal dari dua era tinju dunia yang berbeda, pertarungan bakal berlangsung ketat sebab Hopkins juga sudah tahu betul model permainan Dawson. "Pertandingan bakal semakin menarik," ujar mantan pelatih tinju gaek Bobby Miles. "Apalagi bila Dawson mampu mengurung Hopkins. Tetapi, bila Dawson tidak mampu melakukan hal tersebut, maka Hopkins justru yang akan keluar sebagai pemenang, dengan menang angka." Hopkins yang terjun ke dunia tinju profesional sejak tahun 1988 hingga saat ini sudah bertarung sebanyak 60 kali. Ia telah menang 52 kali, 34 di antaranya menang dengan knock out (KO), kalah lima kali, serta imbang dua kali. Adapun Dawson yang berasal dari Hartsville, Carolina Selatan, AS, sudah memiliki catatan pertarungan 32 kali, sejak tahun 2001, ketika Dawson menang 30 kali. Sebanyak 17 kali kemenangan di antaranya dimenangkan dengan KO, serta kalah sekali. Baik Hopkins ataupun Dawson sama-sama mencatat kemenangan sekali, tanpa pertandingan. |
Kejurnas Diwarnai Insiden Tabrakan di Udara Posted: 14 Oct 2011 02:48 PM PDT BOGOR, Kompas.com — Kecelakaan terjadi pada babak pertama nomor lintas alam terbatas Kejuaraan Nasional Gantolle 2011 dan Pra-PON XVIII/2012, di Lanud TNI AU Atang Sendjaja, Semplak, Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/10/2011). Penerbang Riau, Victor Sinaga, bertabrakan dengan penerbang Sulawesi Utara, Ade Hanny Kereh. Kedua penerbang bersenggolan pada ketinggian 700 meter di atas permukaan tanah. Hanny yang datang dari arah bawah menyenggol hidung layangan Victor hingga sobek sedikit. Kedua penerbang tidak mengalami cedera dan tetap melanjutkan manuver mencapai titik (pylon) sesuai soal lomba. Namun, layangan Victor menjadi sulit dikendalikan dan memaksanya mendarat. Nomor lintas alam terbatas, yang menjadi jenis lomba kedua dan terakhir selama kejuaraan, setelah sambar pita dan ketepatan mendarat, menguji kemampuan para atlet untuk terbang jauh dalam waktu tercepat pada jalur segitiga berjarak sekitar 8 km. Dilengkapi peralatan radio komunikasi, pengukur ketinggian(variometer) dan GPS (global positioning system), yang merekam jalur penerbangan tiap atlet, mereka harus melewati tepat di atas tiga titik yang ditentukan, seperti perumahan, bukit kapur, kampus, dan situ. Menurut Tagor Siagian, Humas dan Promosi Persatuan Olahraga Dirgantara Perkumpulan Gantolle dan Paralayang Indonesia (Pordirga PGPI) Bidang Gantolle, nomor lintas alam terbatas adalah latihan terbaik menjelang PON Riau dan Pra-Kejuaraan Dunia di Forbes, Sydney, Australia, Januari mendatang, yang mengandalkan nomor cross country tak terbatas. "Kesiapan fisik, kemampuan menggunakan GPS dan kecerdikan, serta kesabaran mencari thermal (awan panas) yang menambah ketinggian layangan adalah kunci kemenangan," ujar Tagor. Rekor nasional lintas alam tak terbatas masih di pegang penerbang senior Roy Sadewo (DKI Jaya) sejauh 92 km, yang dibuat di Wonogiri, Jawa Tengah, pada 1995. Kondisi dan arah angin menjadi faktor utama para penerbang untuk berhasil terbang lintas alam. Para penerbang Kelas A (high performance) dengan layangan dua lapis, mengalami kesulitan sejak lomba dibuka pukul 09.00 WIB. Arah angin yang berlawanan (head wind) memaksa mereka menguras tenaga dalam mengendalikan layangan. Akibatnya, tak sedikit yang gagal mencapai titik pertama dan memilih kembali ke Lanud Atang Sendjaja. Sedangkan penerbang Kelas B (intermediate) sebanyak 35 atlet, yang memakai layangan satu lapis, bahkan ada yang terpaksa mendarat darurat di perkebunan, pinggir Jalan Raya Parung, dan bukit kapur akibat "mati angin", kecepatan angin tidak mencukupi untuk terbang. Langit mendung dan kecepatan angin yang terlalu kencang mengharuskan pemimpin lomba, Gerhard Sitorus, menghentikan lomba dengan 15 penerbang tersisa belum lepas landas. Mereka akan membuka lomba babak V pada Jumat (14/10), sebelum dilanjutkan dengan penerbang Kelas A yang akan melalui jalur berbeda dari sebelumnya sesuai soal baru yang diubah setiap babak. Semua 56 penerbang dari 14 provinsi akan berusaha mendapat nilai tertinggi pada babak V untuk mengantisipasi jika kondisi cuaca dan angin membatalkan penerbangan babak VI pada Sabtu (15/10/11). Jumlah nilai tertinggi untuk penentuan peraihan medali kan diambil dari minimal dua babak lomba sesuai peraturan kejuaraan. Sejak Rabu (12/10/2011), Bogor mengalami cuaca buruk di sore hari, seperti hujan es dan angin kencang yang merobohkan beberapa pohon. (*) Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Olahraga To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 ulasan:
Catat Ulasan