Jakarta (ANTARA News) - Berbagai usaha yang dilakukan Jerman dan Portugal belum membuahkan hasil signifikan hingga peluit akhir babak pertama ditiup, kedudukan masih imbang 0-0.

Awal babak pertama, Jerman lebih banyak menguasai bola dan mencoba mendobrak pertahanan Portugal yang dijaga ketat Bruno Alves, Pepe, Fabio Contrao dan Joao Pereira.

Namun, Portugal pun mengimbangi usaha Jerman tersebut dengan menekan lini belakang Jerman. Beberapa kali kesempatan terbuka lebar bagi Portugal, terutama dengan bantuan olahan bola Cristiano Ronaldo. Namun tak juga membuahkan hasil.

Kartu kuning pertama dikeluarkan wasit Stephanee Lannoy asal Prancis pada menit ke-13 untuk pemain bertahan Portugal, Helder Postiga, setelah menabrak kaki kiper Jerman, Manuel Neuer.

Permainan terus berlanjut dengan masing-masing tim terus berusaha melesakkan gol ke gawang lawan. Pada menit ke-30 Jerman mendapatkan peluang bagus dengan permainan duo Podolski dan Philipp Lahm. Namun eksekusi yang dilaukan Podolski lemah.

Pada menit ke-43, wasit Lannoy kembali mengeluarkan si kartu kuning, kali ini untuk Badstuber setelah ia menjegal pergelangan kaki Nani.

Hanya berselang satu menit, sebuah tendangan bebas dari Coentrao yang mengarah ke kanan gawang Nauer membuat para pemain Jerman kalang kabut. Ditambah lagi Portugal kemudian mendapat kesempatan tendangan sudut yang kemudian diterima Pepe. Pepe mencoba peruntungan namun tendangannya membentur mistar gawang dan memantul di garis gawang Jerman. Wasit tidak menyatakan gol.

Selama pertandingan babak pertama Jerman lebih banyak menguasai bola, namun Portugal pun dapat mengimbanginya. Persentase penguasaan bola Jerman 62 persen sedangkan Portugal 38 persen.

(Feb)

Editor: Fitri Supratiwi

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Gdansk (ANTARA News) - Pelatih Timnas Italia Cesare Prandelli berharap para pemainnya dapat tampil menekan, saat ia berupaya mencari kesuksesan di Kejuaraan Eropa (Euro) 2012.

Di atas kertas, sistem yang ia pakai mungkin terlihat negatif dengan ketiadaan penyerang yang dapat menjemput bola dan malah memainkan dua penyerang `gantung`, namun mantan pelatih AS Roma dan Fiorentina ini memilih gaya yang diyakini dapat membuat para gelandang mendobrak ke depan, di belakang para penyerang, lapor AFP.

Italia memulai perjalanan mereka di Grup B dengan menghadapi juara bertahan Piala Eropa sekaligus juara dunia, Spanyol, pada Minggu, dan Prandelli menginginkan para pemainnya untuk berani dan mengambil inisiatif serangan.

Timnya tidak pernah mencetak gol pada tiga pertandingan terakhir - ketiganya merupakan pertandingan persahabatan, di mana Italia kalah pada ketiga pertandingan tersebut - namun meski pada pekan lalu kalah 0-3 dari Rusia, Prandelli merasa timnya harus setidaknya mencoba tampil menyerang.

"Pada pertandingan terakhir membuat kami kehilangan keyakinan, namun kami tetap mampu menciptakan beberapa peluang dan menyerang di area dengan lima pemain," ucapnya.

"Itu merupakan satu-satunya aspek positif di pertandingan. Kami harus meneruskan dengan perilaku tim yang akan menyerang di area (lawan) dengan empat atau lima pemain."

Tujuan lain adalah menjauhkan Spanyol dari area mereka sendiri. Prandelli sangat khawatir jika juara dunia tersebut mendapat ruang untuk bermanuver di area berbahaya, karena mereka akan menimbulkan `malapetaka.`

"Kami tahu bahwa jika kami bekerja keras bersama-sama, kami dapat menjadi kompetitif, dan tujuan kami besok adalah membiarkan sesedikit mungkin pemain (Spanyol) mendekati area kami," tambahnya pada konferensi pers Sabtu.

"Dengan pemain-pemain dan kualitas yang mereka miliki, jika mereka dapat mendekati area kami, artinya beberapa hal tidak akan berjalan dengan baik."

Prandelli tidak meragukan beratnya tugas yang dihadapi timnya.

"Tentu saja mereka adalah tim untuk dikalahkan, karena mereka secara konsisten bermain baik pada beberapa tahun terakhir."

"Spanyol selalu bermain dengan cara yang sama, dan beberapa tim dapat menandingi mereka, itulah kekuatan mereka."

Namun kiper sekaligus kapten tim, Gianluigi Buffon, menegaskan tim terbaik tidak selalu menang, justru tim yang mampu menampilkan kemampuan terbaik di hari pertandinganlah yang akan menang.

"Spanyol tidak takut pada Italia, mereka begitu yakin bahwa mereka tidak perlu takut pada siapapun," ucapnya.

"Tentu saja mereka akan menghormati kami, seperti yang mereka lakukan pada (tim) yang lain. Biasanya di sepak bola tim terbaik menang, dan mereka merupakan yang terbaik, namun terkadang siapa yang melakukan yang terbaik yang menang, dan itulah yang kami harapkan."

"Apa yang saya maksud adalah anda harus bermain lebih baik daripada tim yang lebih baik daripada anda, seperti Yunani pada 2004, yang melewati lima atau enam tim yang lebih baik daripada mereka, dan Denmark pada 1992 menjadi lebih baik dari 15 tim di mana mereka begitu superior."

Prjalanan Italia menuju turnamen ini jauh dari sempurna, dengan terjadinya skandal pengaturan pertandingan yang mendominasi judul-judul surat kabar di negaranya dan penampilan buruk mereka akhir-akhir ini.

Namun Prandelli terlihat cukup santai menanggapi beberapa masalah yang menghinggapi para pemainnya.

"Saya merasa baik, kami berlatih dengan baik, kami mempersiapkan pertandingan ini melalui cara terbaik," ucapnya.

"Pesimisme mengikuti kami, kami tidak terganggu oleh hal itu, kami ingin menggunakan pesimisme ini untuk keuntungan kami."

"Saya benar-benar siap, saya telah tidur seperti bayi, saya senang berada di sini, dan saya yakin kerja keras kami akan menuai kepuasan." (RF/A016)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com