Sindikasi bola.okezone.com

sumber :-

Sindikasi bola.okezone.com


Siap Verifikasi Insfrastruktur

Posted: 28 Aug 2011 12:16 PM PDT

BOJONEGORO - Proses seleksi klub yang berlaga di liga profesional musim depan masih belum final. Masih ada dua klub yang tersisih setelah verifikasi faktual terkait infrastruktur klub yang rencananya bakal dilakukan AFC.
 
Melihat kondisi infrastruktur klub-klub di Jawa Timur, paling mengkhawatirkan adalah Stadion Letjen H Soedirman milik Persibo Bojonegoro dan sarang Persela Lamongan, Stadion Surajaya. Dari sisi fasilitas, dua stadion itu lebih minimalis dibanding stadion lain.
 
Walau mempunyai stadion yang tak layak disebut mewah, kedua pemilik stadion masih cukup percaya diri. Baik Persibo maupun Persela mengklaim masih banyak klub lolos verifikasi kompetisi level satu yang mempunyai insfrastruktur di bawah kualitas Letjen H Soedirman dan Surajaya.
 
"Saat kita promosi ke ISL (Indonesia Super League), PSSI sudah melakukan verifikasi dan kita dinilai layak secara infrastruktur. Jadi semestinya di verifikasi nanti tak ada masalah karena kita sudah memenuhi persyaratan sesuai standar," tukas Ketua Umum Persibo Taufik Risnendar.
 
Tahun lalu Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melakukan perombakan besar-besaran terhadap stadion berkapasitas 15.000 penonton itu. Selain menambah lampu, sejumlah fasilitas lain juga telah dilengkapi walau masih standar, di antaranya ruang wasit, ruang media, serta ribun VVIP.
 
Taufik menjadikan laga ISL dan LPI sebagai acuan kelayakan stadion. Semasa mengikuti ISL dan kemudian berbelok ke LPI, tidak ada masalah dengan penggunaan stadion. "Jadi saya pikir sampai sekarang masih layak. Kami yakin tak ada masalah dengan verifikasi," tutur Taufik.
 
Demikian pula Persela Lamongan. Klub berjuluk Laskar Joko Tingkir menganggap stadion miliknya jauh lebih layak dibandingkan sejumlah klub yang baru lolos ke kompetisi level satu. "Banyak kok yang lebih jelek. Stadion kami relatif sudah lengkap fasilitasnya," ucap Yuhronur Efendi, Ketua Harian Persela Lamongan.
 
Jika masih ada masalah soal kenyamanan, kata Yuhronur itu karena ukuran stadion yang kecil dibanding stadion milik klub besar lainnya. Dengan kuota 15 ribu penonton, Stadion Surajaya memang cukup sempit terutama di tribun VIP dan VVIP. Ruang media pun terkesan dipaksakan karena memang keterbatasan tempat.
 
Ukuran yang minimalis, menurut Ketua Pengcab PSSI Lamongan itu, bukan alasan untuk tak memenuhi syarat verifikasi. Yang terpenting, katanya, "Fasilitas untuk operasional stadion Surajaya sudah memadai. Kami juga sudah punya lapangan sendiri untuk latihan tim Persela walau masih terlihat seperti lapangan desa."
 
Selain Persela dan Persibo, klub di Jawa Timur lainnya relatif aman dalam verifikasi infrastruktur. Klub seperti Arema FC, Persema Malang, Persik Kediri, Deltras Sidoarjo, hingga Persebaya Surabaya, memiliki stadion dengan kuota sekaligus fasilitas lebih komplit.
(Kukuh Setiawan/Koran SI/fit)

Lupakan Sponsor

Posted: 28 Aug 2011 09:01 AM PDT

MALANG - Saat klub-klub mulai merancang pemasukan finansial secara mandiri, Persema Malang sudah terlebih dulu gigit jari. Kondisi klub menyebabkan Persema sulit menggali dana di luar bantuan konsorsium Liga Primer Indonesia (LPI).
 
Sebagai klub dengan sejarah tak mengkilap, Laskar Ken Arok tak mampunyai daya tawar tinggi kepada publik. Selain prestasi yang tak pernah cemerlang, klub yang bersarang di Stadion Gajayana juga selalu dalam bayang-bayang saudara mudanya Arema FC.
 
Tak heran jika klub yang dulunya milik Pemkot Malang tersebut sulit untuk 'bernafas'. Dua aspek potensial yang biasa digunakan klub untuk mendulang uang, yakni sponsorship dan penjualan tiket, bahkan tak mampu dioptimalkan.
 
CEO Persema Didied Poernawan mengakui Persema kesulitan mendapatkan sponsor untuk musim depan. "Persema adalah tim kecil sehingga kesempatan mendapatkan sponsor tentu tak bisa disamakan dengan Arema. Kita tak menyerah berusaha, tapi itulah kenyataannya," ungkap Didied.
 
Bertahun-tahun klub tertua di Malang ini selalu disuntik dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Malang. Tradisi itulah yang membuat Persema tak terbiasa mandiri, ditambah lagi pamor yang kalah cemerlang dibanding Singo Edan.
 
Situasi diperparah minimnya pengunjung yang datang ke Stadion Gajayana saat pertandingan. Paling banter penonton yang melihat Persema hanya 5.000 kepala, itu pun untuk pertandingan dengan lawan berbobot. Untuk laga biasa, penonton tak mencapai angka 2.000 pasang mata.
 
Malah terlalu sulit untuk melihat dengan jelas siapa supporter fanatik klub ini. Mereka yang datang ke stadion kebanyakan hanya mayarakat yang butuh hiburan. Tak heran jika penjualan tiket bukan sektor yang dianggap serius mendatangkan uang.
 
Langkah Persema menjual saham ke publik juga masih diragukan hasilnya, mengingat kondisi klub yang serba belum mapan. Walau begitu, manajemen tetap berharap ada pihak yang tergiur membeli saham Persema yang sementara ini disubsidi Konsorsium LPI sebsar Rp20 miliar per musim.
 
"Kita belum mempunyai target pasti sejauh mana keberhasilan upaya go publik ini. Yang pasti Persema akan melakukan segala upaya untuk mendapatkan tambahan dana, karena kompetisi butuh modal besar," demikian Didied.
 
Dana Rp20 miliar dari Konsorsium LPI sejatinya sudah melebihi budgeting cap PSSI sebesar Rp15 miliar per musim. Tapi manajemen Laskar Ken Arok menilai nominal itu masih sangat kecil, karena separuhnya digunakan untuk kontrak pemain.

(Kukuh Setiawan/Koran SI/fit)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 ulasan:

Catat Ulasan